Rabu, 15 Januari 2014

Hipnoterapi



Ada yang lain dikuliah performa karena untuk pertama kalinya aku di hipnoterapi. Istilah ini sudah sangat familiar ditelingaku, karena salah seorang teman dikampus (yang juga seorang trainer) juga memilki metode ini dalam konsep trainingnya. Dia pernah ingin menjadikanku sebagai kelinci percobaanya, tapi karena terkendala satu dan lain hal akhirnya sampe detik ini saya belum pernah di hipno olehnya -__-“
Terkadang aku berpikir, bisa ga ya aku di hipno? Jangan-jangan aku ga bisa, ga ngaruh, tapi ya sudahlah, di coba saja.
Saya nggak tau, apakah itu saya sudah bisa berhasil di hipno atao ga, yang pasti aq sangat menikmati imajinasi yang saya bentuk, balon dengan gas helium, benar-benar membuatku terasa ringan untuk naik, benar-benar seakan-akan mau terbang, tetapi ketika mulai ditambah dengan buku yang semakin berat, membuatku seakan-akan mulai turun-turun dan merasakan berat ditangan, bahkan itu masih saya rasakan setelah diminta untuk membuka mata. Pegal ditangan kiri dan ringan ditangan kanan. Saya berimajinasi ada dipinggir pantai, dengan udara sepoi-sepoi dan matahari yang sudah mulai bersinar dibawah pohon kelapa, sejuk, hening, dan sendiri. Ketika membuka mata saya masih merasa silau dengan sinar matahari yang ada,
Ketika Pak Zein menyuruh kami untuk memejamkan mata lagi dengan membayangkan mimpi-mimpi kita, aku sangat menikmatinya. Membayangkan ibu dan ayah sudah memaikai baju ihrom putih, bersih, seraya tersenyum, lepas,,sangat lepas..memelukku dan berkata “ ibu, ayah bangga Nis” Labbaikallahumaa labaika labaik, membayangkan ibu dan ayah thawaf di depan ka’bah. Mimpi itu benar-benar seperti nyata didepanku. Cukup untuk membuat air mata menetes, karena disamping berimajinasi saya teringat dengan kejadian beberapa tahun yang lalu dimana ibu dan ayah kebingungan mencari uang untuk keperluan pendidikan kami. Dan yang tersisa adalah tabungan haji milik beliau. Seperti yang kita ketahui, ketika kita memang bertekad untuk menabung haji maka tak ada satu sen pun uang yang dapat kita ambil. Saya masih ingat bagaimana mereka harus merayu, membujuk dan meyakinkan pihak bank untuk dapat mengambil uang itu. Semenjak itu, aku bertekad, mudahkanlah hambamu ini untuk dapat menggantinya ya Rabb, mudahkanlah hamba untuk mewujudkan mimpi mereka.
Berlanjut ke mimpi yang lain, pak zein mengajak kami untuk bermimpi tentang rumah,, membayangkan bagaimana ruang tamu saya, membayangkan tawa ayah dan ibu di sana, membayangkan isengnya adek-adekku, ah walapun rumah kami tidak luas, tapi aku sangat menikmati kebersamaan. Saya hanya ingin orang tuaku hidup selayaknya orang lain. Bahagia itu sederhana. Jika diberi nikmat bersyukur dan diberi musibah kami bersabar. Bahagia itu sederhana. Melihat orang tua dan adik-adik tertawa lepas. Cerah. Ceria. Dan hanya itu lah yang membuatku selalu ingin bersama mereka. Senyuman yang penuh dengan keikhlasan. 
Mudahkanlah hamba merengkuh mimpi-mimpi itu ya Rabb.. Aamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar