Rabu, 15 Januari 2014

Divaaaa.........



Sejak pertama masuk sekolah (27/11) saya sudah mengajar. Saat itu, saya menggantikan guru kelas 2 yang tidak masuk. Awalnya sempat kaget, karena pagi itu saya diajak kepala sekolah masuk dikelas 2, saya kira hanya akan dikenalkan kepada murid-murid tetapi ternyata beliau didepan kelas berkata bahwa saya yang akan mengajar hari ini. Nah lho, mengapa tidak bilang dari tadi pagi waktu masih dirumah atau ketika perjalanan menuju kelas. Setidaknya saya tidak tiba-tiba kaget berdiri di depan kelas. Well, show must go on! Semenjak hari itu, saya mengisi di kelas 2 dan mengajar di kelas 1,4,5, 6 di hari-hari berikutnya. Tanpa RPP dan tanpa persiapan. Setiap paginya saya menunggu lonceng masuk berbunyi dan melihat adakah guru yang tidak masuk hari ini. Dan pasti ada saja guru yang tidak masuk. Sangat disayangkan.
 Di pekan kedua saya mengajar kelas 1. Ada kejadian yang menggelikan. Dulu saya sangat menghindari dan berdoa untuk tidak dapat kebagian mengajar dikelas rendah. Ketika magang, saya terbebas dari kelas rendah, hanya mengajar kelas 5. Dan sekarang ketika penempatan, mungkin saya harus bisa mengajar kelas rendah dengan segala dinamikanya. Dan yang saya takuti, akhirnya terjadi juga dipekan ini. BAB di kelas. Oh ya Rabb.. “Bu, Diva berak di celana..bau busuk Bu” teriak salah seorang murid dan membuat seisi kelas menjadi tiba-tiba terdiam. Glek! (menelan ludah). Saya pun bergegas mendatangi tempat duduknya. “Kamu berak Nak?” tanyaku. “Tidak Bu” jawabnya dengan ekspresi yang sangat tegang seperti anak yang ketahuan mencuri. Walaupun dia jawab tidak, pastilah kita tahu mana yang jujur dan bohong. Terlihat dari sorot mata dan ekspresinya. Ya, mungkin karena takut ditertawakan teman-temannya. “Sini sayang, ikut Ibu ke kamar mandi” sahutku. Dengan ekspresi yang masih tegang, dia menjawab “Ndak Bu, saya ndak mau, saya ndak berak di celana kok Bu”. Nah lho. Teman-temannya berulang kali mengatakan “Bohong kamu, itu bau busuk dari celanamu”. Berulang kali saya bujuk untuk ke kamar mandi, dia tetap tidak mau. Sekali lagi, dia mungkin ingin menegaskan kepadaku kalau dia benar-benar tidak sedang berak di celana. Ya sudah, pasrahlah saya. Murid-murid yang sederetan dengannya  merasa terganggu dengan baunya dan akhirnya saya minta pindah ke deretan yang lain. Alhasil hanya tinggallah dia sendirian di deretannya dengan posisi berdiri dan ekspresi tegangnya sampai kita semua berdoa pulang! Di satu sisi saya merasa kasihan, tetapi saya juga menahan tawa. Hehe.. Nak, nak.. Aya ya wae..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar