Sejak pertama masuk sekolah (27/11) saya sudah mengajar. Saat itu, saya
menggantikan guru kelas 2 yang tidak masuk. Awalnya sempat kaget, karena pagi
itu saya diajak kepala sekolah masuk dikelas 2, saya kira hanya akan dikenalkan
kepada murid-murid tetapi ternyata beliau didepan kelas berkata bahwa saya yang
akan mengajar hari ini. Nah lho, mengapa tidak bilang dari tadi pagi waktu
masih dirumah atau ketika perjalanan menuju kelas. Setidaknya saya tidak
tiba-tiba kaget berdiri di depan kelas. Well, show must go on! Semenjak hari
itu, saya mengisi di kelas 2 dan mengajar di kelas 1,4,5, 6 di hari-hari
berikutnya. Tanpa RPP dan tanpa persiapan. Setiap paginya saya menunggu lonceng
masuk berbunyi dan melihat adakah guru yang tidak masuk hari ini. Dan pasti ada
saja guru yang tidak masuk. Sangat disayangkan.
Di pekan kedua
saya mengajar kelas 1. Ada kejadian yang menggelikan. Dulu saya sangat
menghindari dan berdoa untuk tidak dapat kebagian mengajar dikelas rendah.
Ketika magang, saya terbebas dari kelas rendah, hanya mengajar kelas 5. Dan
sekarang ketika penempatan, mungkin saya harus bisa mengajar kelas rendah
dengan segala dinamikanya. Dan yang saya takuti, akhirnya terjadi juga dipekan
ini. BAB di kelas. Oh ya Rabb.. “Bu, Diva berak di celana..bau busuk Bu” teriak
salah seorang murid dan membuat seisi kelas menjadi tiba-tiba terdiam. Glek!
(menelan ludah). Saya pun bergegas mendatangi tempat duduknya. “Kamu berak
Nak?” tanyaku. “Tidak Bu” jawabnya dengan ekspresi yang sangat tegang seperti
anak yang ketahuan mencuri. Walaupun dia jawab tidak, pastilah kita tahu mana
yang jujur dan bohong. Terlihat dari sorot mata dan ekspresinya. Ya, mungkin
karena takut ditertawakan teman-temannya. “Sini sayang, ikut Ibu ke kamar
mandi” sahutku. Dengan ekspresi yang masih tegang, dia menjawab “Ndak Bu, saya
ndak mau, saya ndak berak di celana kok Bu”. Nah lho. Teman-temannya berulang
kali mengatakan “Bohong kamu, itu bau busuk dari celanamu”. Berulang kali saya
bujuk untuk ke kamar mandi, dia tetap tidak mau. Sekali lagi, dia mungkin ingin
menegaskan kepadaku kalau dia benar-benar tidak sedang berak di celana. Ya
sudah, pasrahlah saya. Murid-murid yang sederetan dengannya merasa terganggu dengan baunya dan akhirnya
saya minta pindah ke deretan yang lain. Alhasil hanya tinggallah dia sendirian
di deretannya dengan posisi berdiri dan ekspresi tegangnya sampai kita semua
berdoa pulang! Di satu sisi saya merasa kasihan, tetapi saya juga menahan tawa.
Hehe.. Nak, nak.. Aya ya wae..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar