Permasalahan pendidikan di Indonesia, semakin lama terasa
pelik. Terobosan pemecahan masalah terkadang hanya menyelesaikan permasalahan
cabang, bukan pada permasalahan substansialnya. Guru mempunyai peranan penting dalam
perbaikan kualitas pendidikan. Sayangnya, tak semua guru memang benar-benar
menjadi ‘guru’. Salah satu sumber permasalahan pendidikan adalah minimnya
keteladanan yang diberikan guru kepada siswanya.
Saya tergelitik mendengar komentar salah seorang siswa
yang melihat saya melepas sepatu ketika akan masuk kelas. “Bu, tidak perlu
dilepas sepatunya. Ibu kan Guru”, ujarnya. “Lho, memangnya mengapa kalau guru
tidak perlu melepas sepatu? Tidak adil dong ya. Kalian sudah susah payah
membersihkan kelas tetapi HANYA guru yang diperbolehkan menginjakkan kakinya
dilantai dengan sepatu, padahal guru tidak ikut membersihkan kelas. Sedangkan
kalian menjaga kebersihannya dengan tidak menggunakan alas sepatu”, sahutku
panjang lebar. Di cerita yang lain, ketika guru melihat sampah, dia hanya
berteriak memanggil siswa dan menyuruhnya untuk mengambil dan membuang sampah.
Guru tidak mencotohkan terlebih dahulu kepada siswanya.Guru hanya sering
berkata ketika melihat sampah harus diambil dan dibuang. Tak bertindak, hanya sekedar
berkata. Seringkali guru seakan-akan menjadi raja yang hanya menyuruh-nyuruh
rakyatnya untuk bekerja. Pendidikan seperti ini tak akan membekas dan tak akan
membentuk karakter siswa. Yang ada hanya menghasilkan pribadi siswa yang
membuang sampah ketika ada guru didekatnya. Bukan membangun kesadaran siswa
untuk membuang sampah dimanapun berada. Lain lagi hasilnya ketika proses
pendidikan menggunakan cara memberi keteladanan. Karakter siswa akan terbentuk.
Keteladanan menjadi sangat penting dalam proses pendidikan.
Jika Aa Gym pernah berkata jika ingin berubah maka harus memulai dari diri
sendiri, mulai saat ini dan mulai dari yang terkecil. Permasalahan di Indonesia
bisa jadi sangat besar dan luas tetapi kita bisa memperbaiki dari yang terkecil
dan dari diri sendiri. Dan kita sebagai guru bisa memulainya dengan terus dan
terus memberi keteladanan bagi siswa. Karena menjadi guru adalah konsistensi
memberi keteladanan :)
Ingat suatu saat pas TOEFL di salah satu ruangan yang ahrus lepas sepatu. Sedangkan pengawasnya tetep pake heels-nya.. heerrrg...
BalasHapus