Buku menjadi tolak ukur dari kemajuan
sebuah bangsa. Jika ketersediaan buku semakin banyak maka peradaban sebuah
bangsa akan semakin maju pula. Tetapi permasalahannya adalah apakah buku yang
banyak itu dibaca? Seberapa banyak buku yang sudah diaplikasikan? Sejauh mana
pengaplikasiannya? Mungkin pertanyaan-pertanyaan itu selalu terngiang di kepala
ketika kita melihat carut-marut permasalahan bangsa saat ini.
Indonesia sebagai negara berkembang
masih berusaha meningkatkan minat baca di masyarakat dengan diiringi
pertumbuhan industri perbukuan. Akan tetapi, buku-buku yang telah diterbitkan
masih belum mencukupi dan tidak seimbang dengan jumlah pembacanya. Setiap
tahunnya produksi buku di Indonesia sekitar 3.500 judul, sedangkan jumlah
penduduk di Indonesia sekitar 210 juta jiwa. Masih sangat jauh dari angka yang
diharapkan. Disisi yang lain, industri perbukuan memiliki permasalahan yang
menimbulkan efek domino. Sistem pemasaran buku melibatkan tiga hal yaitu
penerbit, distributor dan toko buku itu sendiri. Ketiga hal ini telah
menciptkana perputaran yang berakibat apada bertambanhnya nilai jual buku, yang
kemudian dirasakan mahal oleh konsumen dan akhirnya membuat konsumen berpikir
berulang-ulang untuk membeli sebuah buku.
Tak jarang masyarakat di Indonesia lebih
memilih untuk mencari buku gratis dengan cara mendownload e-booknya (jika tersedia) atau mengcopy buku. Peminat buku yang dicetak semakin turun, dan peminat
buku yang tidak dicetak (soft file)
justru semakin meningkat. Mereka lebih memilih untuk mendownload karena file atau
materi yang diambil tidak mengeluarkan uang dan materi dapat didapat dimana dan
kapan saja. Hal ini merupakan tamparan yang cukup keras bagi industri
perbukuan. Oleh karena itu, perlu adanya kontribusi langsung maupun tak
langsung guna mendukung perkembangan industri perbukuan tersebut.
Kontribusi yang dapat dilakukan salah
satunya adalah dengan membiasakan diri untuk memiliki buku yang telah di cetak.
Bagaimanapun juga, buku adalah investasi masa depan. Semakin banyak buku yang
kita punya, maka semakin banyak pula investasi yang sudah kita tanam untuk hari
esok. Buku yang kita punya dapat diturunkan kepada generasi selanjutnya untuk
menghadapi tantangan masa depan. Kalaupun sudah mempunyai kebiasaan mendownload,
maka harus berusaha untuk menabung sehingga dapat membeli buku versi cetaknya.
Selain itu, dengan membeli buku tersebut merupakan wujud apresiasi kita
terhadap sebuah karya. Tidak semua orang dapat menghasilkan buku yang dapat
dinikmati banyak orang. Masih banyak yang belum bisa mengeluarkan gagasannya
dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu perlu adanya penghargaan dan terima kasih
kita atas penyebaran ilmu yang telah dilakukan dengan membeli karyanya.
Penghargaan terhadap sebuah karya dapat
juga dilakukan dengan cara sederhana yaitu memberi hadiah kepada teman-teman
kita dengan sebuah buku. Selain dapat berkontribusi terhadap industri perbukuan
karena meningkatkan penjualan buku, hal ini akan dapat meningkatkan minat baca
buku. Semakin banyak orang yang membaca buku dan memberinya kepada orang lain
maka semakin banyak pula ilmu yang tersebar, semakin banyak kebermanfaatan yang
dapat diberikan kepada orang lain.
Menumbuhkan minta baca tidak hanya
dengan menyuruh orang lain untuk membaca banyak buku, akan tetapi juga dapat
dilakukan dengan menyediakan fasilitas adanya buku itu sendiri. Disetiap daerah
di Indonesia pasti ada perpustakaan daerah. Akan tetapi kemudahan akses dan
kenyamanannya masih kurang. Masih banyak masyarakat yang kurang memanfaatkan perpustakaan
daerah, karena lokasinya jauh dan prosedur administrasi yang lebih ribet jika
dibandingkan dengan peminjaman buku di sekolah atau kampus. Akan tetapi, banyak
diantara pemuda Indonesia yang belajar merawat negerinya dengan melakukan
langkah kecil di sekitar tempat tinggalnya dengan membangun taman baca bagi
warga sekitar.
Selama ini taman baca dianggap menjadi
solusi efektif dalam menanamkan budaya baca sejak dini. Dengan berbagai variasi
program yang ditawarkan oleh taman baca diharapkan mampu membuat masyarakat
merasa ketagihan untuk membaca buku. Sayangnya, pembangunan taman baca masih
kurang banyak. Masih banyak daerah di Indonesia yang belum memiliki taman baca.
Disisi yang lain, cukup miris jika disekitar sekolah dan kampus dipenuhi dengan
tempat penyewaan komik dan novel tetapi buku yang berkualitas masih kurang. Oleh
karena itu, mahasiswa SGI harus memberikan sumbangsihnya dalam hal tersebut.
Hal ini dapat dilakukan dimulai dengan daerah terdekatnya, yaitu kosnya dan
rumahnya.
Sumbangsih yang dapat diberikan dari kaum
terpelajar seperti pelajar, dosen dan mahasiswa untuk membangun industri
perbukuan adalah membiasakan menulis dan mencoba mengirimkannya ke penerbit.
Seharusnya, ilmu yang semakin banyak, semakin banyak pula tulisan yang dapat dihasilkan.
Akan tetapi, budaya menulis di Indonesia juga masih kurang. Bagaimana bisa
menulis jika budaya membaca masih kurang. Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran
masing-masing diri untuk terus mengupgrade diri dalam hal membaca dan menulis,
sehingga akan ada banyak karya yang dapat dipersembahkan untuk Indonesia.
Membangun Indonesia dengan membaca, merawat Indonesia dengan menulis dan
membina Indonesia dengan aksi nyata.
Bogor, 23 Juli 2013